Jumat, 31 Desember 2010

Refleksi tahun baru

Jika datang awal baru

Akhir kemarin pasti terlupa

Berlalu sedemikian adanya

Tanpa celah ataupun bingkai yang tepat

Otak dikepala hanya berkutat pada itu-itu saja

Kemana kaki melangkah

Disana tangan 'kan menuis

Setiap guratan dari perjalanan waktu

Yang terus menerus berlalu

Tak terbatas masa.

Di awali dengan gerutu dan diakhiri dengan senyuman

Adalah mahakarya yang sangat kekal

Dimana kesalahan kerap jadi masalah

Diantaranya Tak dapat terpecahkan

Ibarat eceng gondok yang hidup di sungai

‘Kan terus tumbuh tanpa halangan.

Arti dan makna tanpa jawaban

Hanya hilang perlahan tanpa bekas

Sisakan Tanya abadi

Dari hari yang terus bergulir

Dan umur yang semakin renta

Matahari ini hanya matahari lama

Yang tak berhenti bersinar

Membakar hari hingga menjadi abu

Hanya tersisa asap yang membuat dunia makin panas

Seakan akan rongga tuk bernafas

Telah pupus, dimakan kerakusan manusia.

Tak ada yang bernama bumi

Jika langit dan seisinya tak tercipta

Tiada bumi bila tak ada manusia dan

Pandangan ini hanya sekejap saja

Karena kepercayaan di hati

Bahwa dunia ini adalah abstrak dan yang mampu bertahan

Ialah mereka yang sanggup menahan segala godaan,

Bagi mereka yang tersingkir ialah

Mereka yang mengikuti arus hingga aus tak bersisa.

Kini, Awal baru telah datang

Tertutuplah lembaran lama yang

Tersisa hanya kenangan

Dalam bayang-bayang sisa kejayaan.

Sabtu, 18 Desember 2010

dimana kita Berada

Dimana kita berada
di sini, di Bumi kita berpijak

darimana kita hidup
dari nafas buatan alam dan semerbak nyayian bunga

dimana kita tertawa
terkadang di atas penderitaan orang lain

dimana kita berduka
di saat Tuhan telah menegur kita dengan ujian
yang sedikit meneteskan air mata.

Dimana kita berada
di Bumi tanpa nama, tanpa saudara hanya hampa
dipenuhi kisah-kisah miris
dan dibumbui kemunafikan

dimana kita hidup
di mana kesejahteraan sulit di dapat
dan di saat itu pula banyak orang-orang jadi gila,
gila harta, jabatan hingga singgasana

dimana kita tinggal
di Bumi pertiwi
dimana keadilan tak pernah di genggam,
hanya bisa jadi teori yang diajarkan
di bangku kuliah.

dan di sinilah kita hidup
saat hukum sudah jadi banci
hingga di benci para kurcaci dan
sangat disukai para raksasa.